Jumat, 27 Maret 2009

Earth Hour

Earth Hour pertama di indonesia

Tahun ini, untuk pertama kalinya Earth Hour dilakukan di Indonesia, di mana Jakarta dipilih menjadi kota pertama tempat penyelenggaraannya.

Pada Sabtu, 28 Maret 2009, tepat pukul 20.30, masyarakat Jakarta akan menyaksikan dan menjadi bagian dari aksi global dalam memadamkan lampu selama 1 jam.

Dan pada saat yang bersamaan, lampu-lampu di bangunan bersejarah seperti Monumen Nasional (Monas) serta di beberapa ciri khas kota Jakarta lainnya, seperti Patung Pemuda, Jembatan Semanggi, Bundaran HI, Air Mancur Arjuna Wiwaha dan tak terkecuali kantor gubernur balaikota akan dipadamkan.

Apasih yang pengen di capai dari Earth Hour

Mendapat dukungan dan partisipasi pemerintah, pelaku bisnis, dan publik

Mengedukasi publik untuk melakukan perubahan gaya hidup sehari-hari demi menurunkan emisi karbon dioksida dan mengurangi dampak perubahan iklim

Mengukur kontribusi dan perubahan yang dapat dilakukan Jakarta dalam upaya penurunan emisi karbon dioksida (jika dilakukan tiap tahun atau menjadi program tahunan Pemda DKI Jakarta)

Berkontribusi dalam kampanye global untuk membuktikan bahwa dengan bekerja sama kita bisa membuat perubahan besar

Kenapa di jakarta









Konsumsi listrik di Indonesia masih terkonsentrasi di Jawa, yakni pada 2007 mencapai sekitar 77% dari konsumsi nasional, dan sekitar 20% pengguna listrik di Indonesia berada di Jakarta, sedangkan untuk pasokan listrik di daerah lain di Indonesia masih berbagi dalam jumlah yang lebih kecil.

Total konsumsi listrik wilayah DKI Jakarta dan Tangerang adalah 23% dari total konsumsi listrik di seluruh Indonesia, dengan komposisi terbesar sebagai berikut:
• 34% berasal dari sektor rumah tangga (sebagian besar di DKI Jakarta)
• 30% berasal dari sektor industri (sebagian besar di Tangerang)
• 29% dari sektor bisnis (sebagian besar di DKI Jakarta)

Seberapa pentingnya Earth Hour untuk jakarta

Memadamkan lampu di DKI Jakarta 1 jam, sama dengan:
300MW (cukup untuk mengistirahatkan 1 pembangkit listrik dan menyalakan 900 desa)
Mengurangi beban biaya listrik Jakarta sekitar Rp 200 juta
Mengurangi emisi sekitar 284 ton CO2
Menyelamatkan lebih dari 284 pohon
Menghasilkan O2 untuk lebih dari 568 orang

by : http://www.earthhour.wwf.or.id/about.php


Selasa, 17 Maret 2009

SIAPA YANG MAU Ringtone Gratisan kagak pake mbayar Suwer Coba aja

Woe ada Kabar baru Nih Buat Loe2 Semua Siapa yang sekaranmga kagak tau namanya RBT nie ada yang baru dari http://rivai.net ya nggak jauh dari iklan yang ada di Tipi ketik reg sepasi Blablabla.............. kalau nie beda dijamin lebih keren mau yang namanya Ringtone Lucu ato yang namanya Ringtone Lucu semua ada di situ no tinggal klik en selamat mencari cara nya gampang Bro :

  1. tingal klik aja di alamat nie Ringtone Lucu
  2. kagak pake bayar ya kalau nie bayar pake daun hahahaha fren banget
  3. MET Mencoba Sekali lagi Gratis kagak bayar Loe bisa download Sepuas Loe
  4. satu lagi kelebihan situs Ringtone Lucu ini, yaitu feature streaming ringtone yang bisa kita dengarkan sebelum mendownload ringtone
    yang kita inginkan, yang pastinya bakal memudahkan pengunjung memilih ringtone Ringtone Lucu Favoritnya.
  5. File dalam bentuk MP3 keren kagak tuh
KEy Met Mrencoba aja ya'

Senin, 16 Maret 2009

Manfaat dari rokok ?

Bagi perokok, merokok itu adalah bagian dari rutinitas sehari2 bahkan menjadi suatu kebiasaan. Apakah anda juga salah satunya??? Banyak memang hal yg dapat memicu seseorang untuk merokok. Apakah anda merokok setelah bangun pagi, setelah makan, sambil minum kopi, sebelum tidur, atau saat berbicara di telepon??? Itu adalah bukti bahwa merokk sdh menjadi rutinitas sehari2. Melihat org lain merokk pun dapat menjadi pemicu anda untuk menyalakan sebatang rokok. Merokok bukan hanya sekedar rutiitas semata, dan rutinitas merokok adalah suatu bentuk ketergantungan nikotin.

Berdasarkan sebuah penelitian, dapat disimpulkan berbagai macam alasan org mengapa merokok!!! 54,59% bertujuan mengurangi stres, 29,36% beralasan santai, dan sisanya mengatakan agar bisa diterima dlm sebuah kelompok atau komunitas. Miris sekali rasanya melihat/mendengar alasan yg sangat simple dan sebenarnya bisa diselesaikan tanpa merokok. Dan yg lebih parahnya lagi, umumnya para perokok menghabiskan waktunya untuk merokok adalah di rumah, dimana ketika semua anggota keluarganya juga berada di rumah. Bisa dibayangkan, 1 org yg merokok dlm sebuah rumah, tapi 5-10 org keluarga ikut menghirup racun tembakau tersebut. Apalagi sudah pasti dalam sebuah keluarga, anak2 adalah jumlah keluarga yg lebih dominan. Ini artinya, kita sebagai perokk betul2 tidak peduli lagi terhadap kesehatan kita sendiri, bahkan kesehatan anak kecil yg masih sangat rawan dan membutuhkan pertumbuhan yg sempurna.

Sekedar pemberitahuan saja, bahwa tingkat konsumsi rokok di Indonesia menempati urutan 5 besar di dunia. Iklan rokok dikemas sedemikian menarik. “Remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok”, begitulah semboyan kerja yg dipakai salah satu produsen rokok internasional. Sudah pasti, target pasaran mereka adalah remaja2 khususnya yg sama sekali buta terhadap bahaya rokok.

Kecanduan rokok (adiksi nikotin) adalah suatu permasalahan yg serius yg dihadapi dunia termasuk Indonesia, dimana terdapat sekitar 62.800.000 org perokok di Indonesia yg sulit menghindari dan mencegah kecanduan rokok meskipun dia sadar bahwa itu berdampak negatif bagi kesehatan baik fisik maupun psikologisnya, sosial & ekonominya, bahkan keluarga & lingkungannya. 1org yg merokok, tp lebih dr 10 org yg ikut menanggung akibatnya, sebenarnya para perokok harus betul2 lebih menyadari itu.

Bagi perokok yg sudah menyadari semua kesalahan itu, dia akan mengatakan “Merokok adalah suatu kebodohan yg dilakukan secara sadar, karena memang tidak ada manfaatnya, hanya menimbulkan kerugian”.

Merokok merupakan kecanduan yg susah untuk dihentikan, karena kandungan nikotinnya. Nikotin sendiri adalah sebuah komponen yg mnyebabkan kecanduan 5-10 kali lebih kuat menimbulkan efek psikoaktif pada manusia, daripada kokain dan morfin. Oleh karena itu, amat sulit bagi perokok untuk dapat berhenti jika tanpa bantuan dalam bentuk dukungan dr org2 sekitar.

Banyak perokok yg ingin STOP merokok, tetapi gagal karena berbagai sebab. Peranan nikotin dlm hal ini sangatlah besar. NIKOTIN yg terhirup bersama asap rokok, akan diterima bersama reseptor otak yg kemudian melepaskan DOPAMINE. DOPAMINE merupakan zat yg memberikan efek nikmat & menenangkan, tapi hanya sementara waktu saja. Pada saat tidak merokok, kadar DOPAMINE menurun sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman & stres. Akibatnya, perokok harus kembali merokok!!!

Para perokok yg pernah mencoba berhenti pasti paham betul bahwa berhenti merokok bukanlah suatu hal yg mudah dilakukan. Banyak perokok yg ingin berhenti merokok hanya dengan mengandalkan motivasi diri sendiri & lingkungan serta berbagai metode alternatif, ternyata gagal dan kembali merokok.

Jumlah perokok di Indonesia pada akhir tahun lalu mencapai 68,8% dr total populasi pria. Mayoritas telah merokok terus menerus setidaknya selama 11thn, dan setiap harinya rata2 telah menghabiskan 11 batang rokok bahkan lebih.

Merokok udah di anggap hal biasa di Indonesia dan kita dapat dgn mudah menemukan org yg merokok di tempat publik. Padahal, saat seorang menghirup asap rokok,maka ribuan zat kimia berbahaya ikut pula masuk ke dalam saluran pernapasannya. Zat kimia berbahaya tersebut terdiri dari kurang lebih 4.000 zat kimia, 60 diantaranya dapat menyebabkan penyakit paru dan jantung yg tidak lain adalah Nikotin yg bersifat candu, Tar yg bersifat karsinogen, dan racun spt karbon monoksida.

Karena sulitnya untuk berhenti merokok, banyak orang yg memutuskan untuk hanya mengurangi jumlah rokok yg mereka hisap dlm sehari. Namun, meski hanya menghisap 1 batang per hari pun, rokok tetap berdampak buruk bagi kesehatan, termasuk meningkatnya resiko penyakit jantung. Ada juga yg memilih untuk menghisap rokok rendah Tar dan rendah Nikotin. Namun mereka akhirnya menghisap rokok dlm jumlah lebih banyak, menghirup lebih dalam dan lebih sering, untuk mendapatkan dosis Nikotin yg sama banyaknya dgn rokok biasa.

Tidak banyak yg tahu bahwa ketika seorang berhenti merokok, terjadi berbagai perubahan pd tubuh. Ketika STOP merokok, resiko anda terkena penyakit2 akibat merokok pun bisa menurun drastis. Nikmati & buktikanlah!!!

  • 20 menit: Tekanan darah menurun & kembali normal spt semula.
  • 8 jam: Kadar karbon monoksida dlm darah anda menurun & kembali spt semula, sehingga kemampuan darah untuk menyerap oksigen kembali normal.
  • 24 jam: Resiko anda terkena serangan jantung mulai berkurang.
  • 2 minggu - 3 bln: Sirkulasi darah & fungsi paru2 mulai membaik.
  • 1 bln - 9 bln: Mekanisme paru2 utk sirkulasi udara meningkat dgn baik & dpt kembali berfungsi utk menyaring kotoran dari udara yg anda hirup. Batuk, hidung tersumbat, dan sesak nafas pun mulai berkurang.
  • 1 thn: Resiko anda terkena serangan jantung berkurang hingga setengahnya dibandingkan dgn resiko para perokok.
  • 5 thn: Resiko anda terkena stroke berkurang hingga menyamai resiko pd org2 yg bukan perokok atau tdk pernah merokok.
  • 10 thn: Resiko kanker paru2 mulai berkurang, hingga separuhnya dibandingkan dgn mereka yg terus merokok. Selain itu, juga terjadi pengurangan resiko kanker mulut, tenggorokan, esophagus, kandung kemih, dan kanker ginjal.
  • 15 thn: Resiko penyakit jantung koroner & stroke, menyamai resiko pd org2 yg tdk pernah merokok seumur hidupnya.

Ketergantungan Nikotin, kata “ketergantungan” mungkin terdengar mengerikan di telinga Anda, tp scr perlahan2 rutinitas merokok anda berubah menjadi ketergantungan terhadap nikotin. Ketergantungan nikotin merupakan bentuk kecanduan secara fisik & psikologis terhadap nikotin. Itulah penyebab mengapa anda sulit STOP merokok.

Berapa kali Anda pernah mencoba Stop merokok??? Para perokok rata2 pernah mencoba 6-9 kali usaha untuk stop merokok selama hidupnya. Jika pernah mencoba stop merokok sebelumnya. Anda mungkin menjadi cepat marah & gelisah jika tidak mempunyai sebatang rokok. Hal ini terjadi karena otak anda terbiasa dengan efek nikotin.

Semakin sering anda merokok, maka semakin tinggi kadar nikotin yg anda butuhkan untuk mendapatkan sensasi perasaan tenang & senang. Ketika dorongan untuk merokok sangat besar & rokok tidak di hisap, maka muncul gejala2 ketergantungan nikotin seperti berikut:

  • Pusing & sakit kepala
  • Susah tidur/Insomnia
  • Cepat lelah
  • Sulit konsentrasi
  • Gelisah & mudah marah
  • Batuk2 & nyeri2 tenggorokan
  • Sakit perut, kembung & susah buang air besar
  • Detak jantung melemah

Tahukah anda apa yg terjadi ketika menyalakan sebatang rokok??? Seperti inilah nikotin bekerja dlm tubuh anda sehingga menimbulkan ketergantungan:

  • Ketika anda merokok, nikotin masuk ke dlm aliran darah menuju semua bagian dalam tubuh. Molekul nikotin masuk ke dlm aliran darahmenuju semua bagian dlm tubuh. Molekul nikotin sangat kecil dan mudah larut dlm air dan lemak. Sehingga dlm hitungan 10-20 detik, nikotin telah mencapai sistem pusat saraf.
  • Ketika berada dlm otak, nikotin merangsang pelepasan zat kimia yg disebut DOPAMINE, yg memberikan sensasi perasaan senang dan tenang. Namun sensasi ini hanya berlangsung singkat.
  • Dalam waktu 1-2 jam, tingkat DOPAMINE seketika turun drastis, sehingga otak akan memberikan respon dan dorongan untuk merokok lagi. Dan semakin banyak nikotin yg anda konsumsi, semakin tinggi juga resiko anda terkena penyakit2 beresiko tinggi akibat rokok. Hal ini dikarenakan nikotin dpt terakumulasi di dlm hati, ginjal, lemak, & paru2.

Kesehatan itu aset anda yg paling berharga. Berdasarkan penelitian, perokok dewasa pria rata2 kehilangan 13,2 thn dr kehidupannya dan perokok dewasa wanita kehilangan 14,5 thn dr kehidupannya karena merokok. Oleh karena itu, STOP MEROKOK skr juga!!!

Resiko2 & dampak penyakit akibat rokok adalah:

  • Kanker paru2,kanker mulut, kanker usus, kanker ginjal,kanker mulut rahim, kanker darah, kanker tenggorokan, kanker pankreas, dan kanker kandung kemih.
  • Penyakit jantung, serangan jantung, dan stroke.
  • Gangguan pernapasan.
  • Gangguan pd kehamilan & persalinan.
  • Katarak, densitas tulang yg rendah, tulang pinggul retak, luka lama sembuhnya.

STOP MEROKOK merupakan sebuah momentum yg harus dirayakan!!! Sebuah pencapaian besar dlm hidup anda. Tepat ketika anda mulai stop merokok, nikmatilah beberapa peningkatan dlm hidup anda seperti:

  • Anda dpt kembali merasakan enaknya makanan2 di sekitar anda.
  • Anda dpt merasa lebih bersemangat & memiliki energi untuk menjalaniaktifitas anda.
  • Napas, pakaian, & rambut anda tidak akan tercium spt bau rokok. PAsangan & anak anda tentu tdk akan merasa enggan untuk berdekatan.
  • Anda tidak tergantung lg pd rokok.
  • Dan tentunya anda akan lebih berhemat, krn tidak perlu mengeluarkan uang untuk rokok. Mungkin bisa anda gunakan untuk liburan bersama keluarga.

Sekaranglah waktunya Anda untuk menikmati hidup sehat tanpa rokok bersama keluarga tercinta. Ada beberapa tahapan hingga akhirnya perokok dapat stop merokok, yaitu:

  • Merenungkan : Belum memikirkan secara serius niat untuk stop merokok.
  • Mempertimbangkan :secara aktif berpikir untuk stop merokok dlm waktu dekat (6 bln ke depan), tp belum benar2 siap untuk melakukannya.
  • Mempersiapkan : berkeinginan serius untuk stop merokok pd bulan berikutnya atau pernah mencoba tahun lalu.
  • Tindakan : Stop merokok scr aktif selama 6 bln pertama. Tahap ini merupakan tahap dimana perokok membutuhkan dukungan & bantuan.
  • Mempertahankan : Tidak merokok lagi dlm 6 bln - 5 thn sejak pertama kali stop merokok, menyadari kebiasaan merokok bs kambuh & berusaha mencegahnya.

Anda pasti bisa memulai stop merokok dan bertahan untuk tidak merokok!!! Memulai sesuatu adalah hal paling sulit untuk tidak dilakukan oleh semua org. Begitu jg dgn stop merokok. Jadi, jika anda berniat untuk segera memulai stop merokok, ada beberapa langkah yg dpt dilakukan:

  • Buat komitmen dgn diri anda sendiri untuk stop merokok.
  • Cari motivasi/inspirasi anda untuk stop merokok. Mungkin demi keluarga atau demi kesehatan.
  • Mintalah org2 terdekat anda seperti teman, pacar, keluarga untuk mendukung & mengingatkan anda ketika keinginan merokok datang.
  • Carilah program2 dukungan stop merokok untuk membantu anda.
  • Singkirkanlah semua hal yg dpt mendorong/mengingatkan anda untuk merokok, seperti korek, asbak, dan pastinya rokok.

mulai sekarang,

STOP MEROKOK!!!

Minggu, 15 Maret 2009

Perjalanan PEMILU di RI n partenya :)

Pemilu 1955

Pemilu 1955 diikuti oleh 172 kontestan partai politik. Empat partai terbesar diantaranya adalah: PNI (22,3 %), Masyumi (20,9%), Nahdlatul Ulama (18,4%), dan PKI (15,4%).

Pemilu 1971

Pemilu 1971 diikuti oleh 10 kontestan, yaitu:

  1. Partai Katolik
  2. Partai Syarikat Islam Indonesia
  3. Partai Nahdlatul Ulama
  4. Partai Muslimin Indonesa
  5. Golongan Karya
  6. Partai Kristen Indonesia
  7. Partai Musyawarah Rakyat Banyak
  8. Partai Nasional Indonesia
  9. Partai Islam PERTI
  10. Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia
Pemilu 1977-1997

Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 diikuti oleh 3 kontestan yang sama, yaitu:

  1. Partai Persatuan Pembangunan
  2. Golongan Karya
  3. Partai Demokrasi Indonesia
Pemilu 1999

Pemilu 1999 diikuti oleh 48 partai politik, yaitu:

1. Partai Indonesia Baru
2. Partai Kristen Nasional Indonesia
3. Partai Nasional Indonesia - Supeni
4. Partai Aliansi Demokrat Indonesia
5. Partai Kebangkitan Muslim Indonesia
6. Partai Ummat Islam
7. Partai Kebangkitan Ummat
8. Partai Masyumi Baru
9. Partai Persatuan Pembangunan
10. Partai Syarikat Islam Indonesia
11. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
12. Partai Abul Yatama
13. Partai Kebangsaan Merdeka
14. Partai Demokrasi Kasih Bangsa
15. Partai Amanat Nasional
16. Partai Rakyat Demokratik
17. Partai Syarikat Islam Indonesia 1905
18. Partai Katolik Demokrat
19. Partai Pilihan Rakyat
20. Partai Rakyat Indonesia
21. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi
22. Partai Bulan Bintang
23. Partai Solidaritas Pekerja
24. Partai Keadilan
25. Partai Nahdlatul Ummat
26. Partai Nasional Indonesia - Front Marhaenis
27. Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia
28. Partai Republik
29. Partai Islam Demokrat
30. Partai Nasional Indonesia - Massa Marhaen
31. Partai Musyawarah Rakyat Banyak
32. Partai Demokrasi Indonesia
33. Partai Golongan Karya
34. Partai Persatuan
35. Partai Kebangkitan Bangsa
36. Partai Uni Demokrasi Indonesia
37. Partai Buruh Nasional
38. Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong
39. Partai Daulat Rakyat
40. Partai Cinta Damai
41. Partai Keadilan dan Persatuan
42. Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia
43. Partai Nasional Bangsa Indonesia
44. Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia
45. Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia
46. Partai Nasional Demokrat
47. Partai Ummat Muslimin Indonesia
48. Partai Pekerja Indonesia

Pemilu 2004

Pemilu 2004 diikuti oleh 24 partai politik, yaitu:

1. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme
2. Partai Buruh Sosial Demokrat
3. Partai Bulan Bintang
4. Partai Merdeka
5. Partai Persatuan Pembangunan
6. Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan
7. Partai Perhimpunan Indonesia Baru
8. Partai Nasional Banteng Kemerdekaan
9. Partai Demokrat
10. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
11. Partai Penegak Demokrasi Indonesia
12. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia
13. Partai Amanat Nasional
14. Partai Karya Peduli Bangsa
15. Partai Kebangkitan Bangsa
16. Partai Keadilan Sejahtera
17. Partai Bintang Reformasi
18. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
19. Partai Damai Sejahtera
20. Partai Golongan Karya
21. Partai Patriot Pancasila
22. Partai Sarikat Indonesia
23. Partai Persatuan Daerah
24. Partai Pelopor
Pemilu 2009

Pemilu 2009 diikuti oleh 38 partai politik nasional dan 4 partai politik lokal Aceh, yaitu:[1]

Partai politik nasional

1. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
2. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB)*
3. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI)
4. Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN)
5. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
6. Partai Barisan Nasional (Barnas)
7. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)*
8. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)*
9. Partai Amanat Nasional (PAN)*
10. Partai Perjuangan Indonesia Baru (PIB)
11. Partai Kedaulatan
12. Partai Persatuan Daerah (PPD)
13. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)*
14. Partai Pemuda Indonesia (PPI)
15. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme (PNI Marhaenisme)*
16. Partai Demokrasi Pembaruan (PDP)
17. Partai Karya Perjuangan (PKP)
18. Partai Matahari Bangsa (PMB)
19. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)*
20. Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK)*
21. Partai Republika Nusantara (RepublikaN)
22. Partai Pelopor*
23. Partai Golongan Karya (Golkar)*
24. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)*
25. Partai Damai Sejahtera (PDS)*
26. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBK Indonesia)
27. Partai Bulan Bintang (PBB)*
28. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)*
29. Partai Bintang Reformasi (PBR)*
30. Partai Patriot
31. Partai Demokrat*
32. Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI)
33. Partai Indonesia Sejahtera (PIS)
34. Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU)
41. Partai Merdeka
42. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI)
43. Partai Sarikat Indonesia (PSI)
44. Partai Buruh

Catatan: Tanda * menandakan partai yang mendapat kursi di DPR pada Pemilu 2004.

Partai politik lokal Aceh

35. Partai Aceh Aman Seujahtra (PAAS)[2]
36. Partai Daulat Aceh (PDA)
37. Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA)
38. Partai Rakyat Aceh (PRA)[3]
39. Partai Aceh (PA)
40. Partai Bersatu Aceh (PBA)


NAH LOE BINGGUNGKAGAK LOE TAPI KALAU BUAT NEGARA KITA KAGAK BOLEH BINGUNG KEY SLAM PERUBAHAN N MOGA PARTE YANG ADA SI ATAS TADI JUGA BISA BIKIN PERUBAHAN DI INDONESIA TINGGAL MAU BERUGAH JELEK ATAU BAGUS KEY BRO
















































Selasa, 10 Maret 2009

Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Investigasi I

Membaca Pramoedya seolah membaca sejarah. Terlepas itu karya maupun sosoknya, memperbincangkan Pram adalah memperbincangkan sejarah itu tersendiri. Dalam sebuah kesempatan Pram mengatakan, “Saya menulis dengan tujuan membangun bangsa dan membentuk karakternya. Semua jiwa dalam tulisan saya dilatarbelakangi keinginan itu,” tukasnya. Karya-karyanya meski bertamasya dalam dunia prosa, tak dapat dipungkiri bahwa Pram berangkat dari fakta-fakta sejarah. Ia menyelam dalam data-data yang bertebaran di buminya Indonesia, yang terkadang luput dari perhatian sejarawan sekalipun.

Tetralogi misalnya, ia bangun dari tetesan elemen sejarah hidup R.M. Tirto Adhi Soerjo (1880-1918), yang pada kalangan terbatas hanya dianggap sebagai Tokoh Pers Indonesia. Riset dan pembongkaran sejarah yang dilakukan Pram justru membuka jendela yang lebih luas. Tirto yang menjelma sebagai Minke dalam Tetralogi, Pram sajikan dalam baki prosa.

Tirtolah jurnalis pribumi pertama yang menggunakan bahasa Melayu lingua-franca, sebagai “bahasa bangsa-bangsa yang terperintah”, dan dengan sadar serta aktif ia gunakan sebagai bahasa perjuangan dan bahasa pemersatu. Dialah pendiri organisasi modern pribumi pertama: Sarikat Prijaji, kemudian Sarikat Dagang Islamijah yang berkembang menjadi Sarekat Islam. Dia juga yang pertama menggunakan pers sebagai senjata pembela keadilan bagi si kecil dan dia pula sang perintis kewiraswastaan pribumi dan banyak lagi lembaga-lembaga baru lainnya; kesemuanya ditanganinya dengan ekstensitas yang kobar di tengah-tengah cengkeram kolonialisme yang sedang sampai pada puncak kejayaannya.

Dialah tokoh inisiator kebangkitan kesadaran nasional, penganjur bahasa persatuan, demikian pun pemrakarsa emansipasi wanita, namun dia pulalah menjadi perintis kebangkitan nasional dari patriot sebangsa yang dilupakan dan terlupakan. Sesuatu yang dipahami kalangan terbatas sekalipun sebagai tokoh yang dikenal tak lebih sekadar permukaannya belaka. Karena bukan suatu kebetulan, Tirto, oleh pejabat-pejabat kolonial secara sistematis memang didiskreditkan dan digelapkan dalam penulisan sejarah, sehingga orang yang demikian besar peranannya dalam penggerakan kesadaran bangsa bisa menjadi seorang non-person dalam sejarah kebangkitan nasional bangsanya sendiri.

Semua itu oleh Pram dihidupkan kembali dalam roman yang legit getir namun ketat dengan sumber sejarah.

Onghokham, sejarawan Indonesia, mengakui, kira-kira pada permulaan 1960-an, ia melihat beberapa mahasiswa dan mahasiswi sedang tekun mengumpulkan bahan-bahan dari koran-koran lama yang terbit pada sekitar permulaan abad ke-XX di Perpustakaan Museum Pusat di Jalan Merdeka Barat No. 12 Jakarta.

Ketika Onghokham bertanya gerangan apa yang sedang mereka kerjakan, mereka menjawab bahwa dosen sejarah mereka di Universitas Res Publica (sekarang Trisakti), Pramoedya Ananta Toer, menyuruh mereka mencatat peristiwa-peristiwa politik, sosial, dan kondisi rakyat pada zaman tersebut.

Dari catatan-catatatan koran lama inilah, Pramoedya menyusun kuliah-kuliahnya tentang zaman yang kita kenal sebagai zaman “kebangkitan nasional”. Secara konvensional dalam penulisan sejarah Indonesia, suatu jaman yang dilambangkan dengan berdirinya Budi Utomo (1908) yang diberi nama “Kebangkitan Nasional”.

Bahan kuliah Pramoedya tersebut pernah terbit dalam bentuk stensil, dan untungnya diberikan pada beberapa sarjana asing, antara lain Dr. Ruth McVey dan Harry J. Benda sehingga tersimpan di beberapa perpustakaan universitas di Amerika Serikat seperti Yale University dan Cornell University. Onghokham sendiri ternyata masih sempat memakainya ketika menyusun desertasi di Universitas Yale. (jauh setelah itu, Pramoedya sendiri rupanya tidak memiliki lagi kopi dari kuliah-kuliah tersebut).

Bahan-bahan yang dicatat oleh para mahasiswa, dan dipakai sebagai bahan-bahan kuliah, kemudian juga dipakai oleh Pramoedya untuk menulis salah satu karya terbesarnya, Tetralogi, tentang zaman Kebangkitan Nasional. Dalam karya-karyanya tersebut, Pramoedya berdialog secara intensif dengan sejarah Kebangkitan Nasional, suatu zaman dalam penindasan kolonial yang juga melahirkan orang Indonesia sebagai warga suatu bangsa.

“Saya ini SMP saja tidak selesai. Bagaimana mungkin mengajar kuliah?” kenang Pramoedya saat diminta mengajar kelas di Universitas Res Publica. “Ya dari bahan-bahan yang dikumpulkan mahasiswa itu, lahirlah Tetralogi. Ya itu berkat dosen gadungan!!” ujarnya terbahak.

Di sini nampak, studi sejarah yang dilakukan Pram merupakan fondasi awal dari gunung cerita yang hendak dibangunnya. Tokoh-tokohnya nyaris nyata, ada, dan tercatat dalam sejarah. Tokoh baik itu penulis maupun karyanya berseliweran dalam naskah fiksinya. Sementara kita sadar Student Hijo karya Marco Kartodikromo yang pertama kali terbit tahun 1918 bukan merupakan fantasi. Juga Pangemanann, G. Francis, serta H. Kommer, lalu-lalang dalam Tetralogi. Sesuatu yang dapat kita temui dalam Tempo Doeloe, 1982.

Pencatatan yang terhitung pelik barangkali apa yang disajikan Pram dalam bab-bab awal Rumah Kaca (1988). Dirawikan bagaimana tahun 1912 merupakan tahun terberat bagi pribadi Gubernur Jendral Indenburg, pengganti Van Heutsz. Penutur cerita berbalik arah, bukan lagi Minke, tapi Pangemanann (dengan dobel n), seorang pejabat Gubermen. Kata ganti orang pertama (Minke) sebagai ‘aku’, sudah berganti menjadi orang kedua, ‘dia’.

Pangemanan oleh atasannya, Komisaris Besar Donald Nicolson, ditugasi membacai koran dan majalah terbitan Hindia, membikin interpiu, mempelajari dokumen, serta menyusun naskah kerja, yang kesemuanya semata-mata untuk mengawasi gerak-gerik timbulnya kesadaran tentang nasionalisme di kalangan inlander. Dan Minke, jelas merupakan tokoh terdepan serta yang paling berpengaruh dalam hal ini.

Dari mana Pram mendapatkan variabel cerita seperti itu, sehingga saat kita membaca Tetralogi, yang ada dalam pikiran kita bukan lagi sebuah roman, meski betapa pun hebatnya, tetap musti dianggap fiksi. Ternyata kertas kerja Sang Pemula memungkinkan itu semua. Pram tidak saja membongkar arsip-arsip lama. Ambil contoh, ia membacai setiap inci dari halaman demi halaman koran Medan Prijaji. Ia pelajari berita-beritanya. Ia pelajari kasus-kasusnya. Ia pelajari kondisi sosial, politik, ekonomi, serta budaya pada masa itu.

Kesemuanya tidak serta merta Pram pindahkan ke dalam naskah fiksi. Pram sekedar mengambil semangatnya. Sekedar semangatnya! Selebihnya ia campurkan dengan tetesan elemen ego yang, menurut Pram, berkembang dan berproses dengan sendirinya: mewujud menjadi benang merah cerita.

Investigasi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka, Edisi Ketiga, tahun 2001, merupakan penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta, melakukan peninjauan, percobaan, dsb, dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan (tt peristiwa, sifat atau khasiat suatu zat, dsb). Jelaslah di sini bahwa apa yang dibangun Pram dalam sebuah karya fiksi sekalipun, meski berangkat dari fakta sejarah, dilakukan lewat proses investigasi data yang ketat.

Dalam bab-bab selanjutnya dari tulisan ini, akan terjadi pembongkaran naskah meliputi Tetralogi secara keseluruhan, Arus Balik (1995), Arok Dedes (1999), Panggil Aku Kartini Saja (1962), Hoakaiu di Indonesia (1960), Cerita dari Digul (2001), Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer (2001), Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I & II (1995 & 1997), Cerita dari Blora (1952), Bukan Pasar Malam (1951), Larasati (2000), dll, yang kesemuanya dapatlah dikatakan berangkat dari kenyataan, baik sejarah maupun pribadi Pramoedya. Namun titik berat pembahasan tentu lebih berpihak pada fakta sejarah itu sendiri.

oleh :Oleh Daniel Mahendra

_____________________________________________

Sumber Pustaka:

Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia, Hasta Mitra, Jakarta, 1980.
_________, Anak Semua Bangsa, Hasta Mitra, Jakarta, 1980.
_________, Jejak Langkah, Hasta Mitra, Jakarta, 1985.
_________, Rumah Kaca, Hasta Mitra, Jakarta, 1988.
_________, Tempo Doeloe, Hasta Mitra, Jakarta, 1982.
_________, Sang Pemula, Hasta Mitra, Jakarta, 1985.
_________, Koesalah Soebagyo Toer, Ediati Kamil, Kronik Revolusi Indonesia Jilid I (1945), KPG, Jakarta, 1999.
A. Teeuw, Citra Manusia Indonesia Dalam Karya Sastra Pramoedya Ananta Toer, Pustaka Jaya, Jakarta, 1997.
Daniel Mahendra, Pramoedya Ananta Toer: Kumpulan Wawancara Pilihan, Malka, Bandung, 2003.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka, Jakarta, 2001.
Orasi Budaya Pramoedya, Aku dan Indonesia-Sebuah Pengakuan, Jakarta, 6 Februari 2003, Rekaman Dalam Bentuk MP3.

KETIKA CINTA DENGAN TEMAN SEKANTOR BERAKHIR


Anda perna menjalani asmara dengan teman skerja ? tentu ada sisi positif dan negatif yang anda dapat. Sisi positif yang anda hadapi adalah apabila hubungan tersebut putus

Mua tak mau, Suka tak suka, rela tak rela anda harus bertemu dengan si mantan setiap hari. Bagai mana anda harus mensikapinya ?


Berikut aturan main jika ter[aksa harus putus hubungan dengan teman kerja


BERSIKAP DEWASA

Tujukan kedewasaan anda dengan menyingkirkan masalah Pribadi. Apabila kjika anda berdua terlibat dalam satu proyek yang sama. Sebaliknya jika anda mau memutuskan hubungan tersebut anda perlu peka terhadap persaan mantan anda. Janganmenghindar setiap kali bertemu. Sbaiknya bersikap biasa saja,berikan senyum dan sapa sekedarnya. Hindari kata-kata” Apakabar” Karena hal ini hanya akan menambah luka di hatinya.


INFORMASI

Bila teman sekeraja tahu mengenai hubungan cinta anda, adalah penting unutk memberitahukan info mengenai status terakhir hubungan anda, bila hubungan cinta di kantor menjadi tidak nyaman, tidak etis untuk melecehkan reputasi si dia dan hal ini hanya akan memberikesan yang tidak baik bagi diri anda.


HINDARI GOSIP

Bila andatidak menanggapi dan bersikap cuek terhadap gosip-gosip yang beredar, pada akhirnya gosip itu akan mereda dan orang-orang tidak akan pernah membicarakannya lagi


TAHU KAPAN HARUS CUTI

Bila anda betul benar-benar merasa terganggu dan tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaan sebaiknya ambil cuti untuk menengkan diri anda “ dan kalau bisa jangan cuti di waktu bersamaan dengan si dia dikarena bisa menimbulkan salah presepsi dari orang-orang penyebar gosip”


BERHENT JIKA PERLU

Bila Seorang Mencoreng nama anda atau jika anda merasa jika tetap berada di kantor tersebut akan membahayakan, sebaiknya cari pekerjaan di tempat lain.


Anda perlu ingat walaupun sedang sakit hati dan berusaha mengatasinya, hubungan kerja yang baik bukanlah tidak mungkin untuk dijalin. Kejadian semacam ini hanya sesaat dan biasanya semuannya akan menjadi lebih baik bila anda tahubagai mana cara mengatasinya “tolonglah untuk mengerti persaan si dia key :)

Minggu, 08 Maret 2009

Sujud Q Kepada Mu Ya Alloh Tuhan Semesta alam

1. Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman (Al-An'am [6]: 125).

2. Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Ali Imran [3]:19).

3. Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. (Ali Imran [3]: 85).

4. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu ......(Al-Maidah [5]:3).*Tafsir Mufradat*

Untuk mempermudah pemahaman ayat-ayat tersebut di atas, di bawah ini,penulis jelaskan satu persatu kata-kata yang memerlukan penjelasan, antara lain ialah: Sebenarnya perintah Allah kepada manusia untuk mengamalkan agama dengan sempurna diungkapkan dalam jumlah ayat yang banyak. Namun untuk menyingkat tulisan ini, penulis hanya mengutip beberapa ayat yang menurut penulis sudah representatif , yaitu: Al-An'am [6]); 125, Ali 'Imran [3]: 19 dan 85, Al-Maidah [5]: 3 dan Al-Baqarah [2]: 206.

5. Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syetan. Sungguh ia musuh yang nyata. (Al-Baqarah [2]: 208).

a. Haraj; Bentuk masdar, berasal dari kosakata: Harija - yahraju - harajan, yang berarti: sempit; dosa; sulit. Menurut al-Asfahani, makna asal dari al-haraj ialah tempat bertemunya orang-orang, atau barang-barang. Maka, terbayanglah kesempitan, karena berdesakan. Sesuatu yang sempit dapat dinamakan dosa, dan dosa dapat dinamakan sempit. Maka makna sempit sangat erat hubungannya dengan dosa. Orang yang mengalami kesulitan, biasanya akan terbawa kepada perbuatan dosa, dan orang yang melakukan dosa akan merasa sempit.

Dalam Al-Qur'an, dari sebelas ayat yang mengandung kata" haraj", terdapat tujuh ayat yang erat hubungannya dengan agama, sedang empat ayat yang lainnya erat hubungannya dengan masalah sosial keagamaan. Enam kata "haraj" yang berarti dosa, terdapat pada surat An-Nuur [24]: 16 dan surat Al-Fath [48]: 17, sedang di tempat lainnya berarti "sempit". (al-Mausu'ah al Qur'aniyah: 127)

b. Al-Baghyu: Bentuk masdar, berasal dari kosakata: bagha - yabghi, yang berarti "menghendaki". Dalam perkembangannya, sering digunakan untuk makna yang negatif, maka kadang-kadang diartikan durhaka, melanggar hak, permusuhan, penganiayaan, pelacuran. Dalam Al-Qur'an, kata "al-baghyu" diulang sebanyak 11 kali, dengan arti yang berbeda-beda, sesuai dengan konteksnya. Kata al-baghyu dapat diartikan negatip, misalnya, pada suratAl-Baqarah [2]:90, An-Nisaa' [4]: 19, dapat diartikan: penganiayaan, atau perzinaan. Pada surat Hud [10]: 23, dapat diartikan "durhaka", pada surat Al-An'am dapat diartikan "dosa". *Tafsir Ayat:*

Ayat pertama (Al-An'am [6]: 125), termasuk ayat Makkiyah, yaitu ayat yang diturunkan sebelum hijrah Nabi shalallahu 'alaihi wasallam ke Madinah. Pada ayat sebelumnya, Allah telah menjelaskan bahwa pada setiap daerah terdapat tokoh-tokoh penjahat yang suka membuat kerusakan-kerusakan, dan mereka menyatakan, tidak akan beriman sebelum diberi apa yang diberikan kepada para utusan Allah, sedang Allah menyatakan bahwa mereka akan ditimpa kehinaan di sisi Allah SwT. Kemudian pada ayat ini (Al-An'am: 125) Allah menegaskan, bahwa barangsiapa dikehendaki allah memperoleh hidayah (petunjuk), Dia membukakan dadanya untuk menerima Islam, dan barang siapa dikehendaki Allah menjadi sesat, Dia menjadikan dadanya sempit dan sesak; seakan-akan dia mendaki langit. Dimaksudkan dengan: "Yasyrah shadrahu" ialah memberikan cahaya hidayah , sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Nabi shalallahu 'alaihi wasallam:

Dari Abdur-Razzar, bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang maksud ayat ini: Bagaimana cara Allah membuka dada seseorang? Beliau menjawab: caranya ialah dengan memasukkan cahaya ke dalamnya, lalu terbukalah lebar-lebar. Mereka bertanya: Apakah bagi terbukanya dada itu ada tanda-tanda yang dapat diketahui?
Beliau menjawab: Tanda-tandanya ialah kembali kepada (kebaikan) dan menjauh dari kebatilan, serta siap mati sebelum menemui mati (ajal). (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir; al-Qasimi; 4: 713).

Adapun yang dimaksudkan dengan firman-Nya: "Yaj'al shadrahu dlayyiqan harajan" ialah menyempitkan hatinya, sehingga tidak dapat menerima keyakinan tentang kebenaran dan keakhiratan. Dalam ayat tersebut dilukiskan, bahwa orang yang disempitkan dadanya bagaikan orang yang mendaki langit. Artinya, orang tersebut mustahil mendapat dan menerima kebenaran, dan mustahil dapat menjauh dari kebatilan, sebab mereka tidak beriman dan tidak meyakini kebenaran yang dibawa Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, yaitu dinul-Islam.

Padahal, dinul-Islam adalah agama terakhir yang diturunkan kepada Nabi terakhir pula, dan agama Islam adalah satu-satunya agama yang diridlai Allah Subhanallah Wataala, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya, yang artinya sebagai berikut: "Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam, tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh Allah sangat cepat perhitungan-Nya". (Ali Imran [3]: 19).

Pada ayat sebelumnya, Allah menegaskan bahwa tiada Tuhan yang pantas disembah, melainkan Allah semata. Kemudian pada ayat ini (An-Nisaa': 19) Allah menegaskan bahwa tiada agama yang diridlai Allah melainkan agama Islam, agama tauhid, agama yang mengajarkan bahwa tiada Tuhan yang pantas disembah melainkan Allah SwT. (al-Qasimi, IV: 68).

Maka, barangsiapa mencari agama selain agama Islam, tidaklah diterima, sebagaimana ditegaskan pada surat Ali Imran: 85 (ayat ketiga), yang artinya sebagai berikut: "Dan barang siapa mencari agama selain Islam, tidak akan diterima, dan di akhirat nanti dia termasuk orang yang rugi".

Dalam suatu Hadits ditegaskan sebagai berikut:

"Barang siapa mengerjakan suatu amal ibadah yang tiada perintah dari kami, maka amal tersebut ditolak". (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-I'tsham).

Al-Qasimi dalam tafsirnya menyatakan, bahwa barangsiapa mengikuti agama selain Islam, maka ia akan mengalami kerugian yang sangat besar, yaitu siksa neraka. (al-Qasimi,IV: 126).

Dalam firman-Nya ditegaskan sebagai berikut:

"...Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu...." (Al-Maidah [5]: 3).

Ayat ini diturunkan di Arafat, ketika Nabi shalallahu 'alaihi wasallam
melaksanakan hajji wada', hajji yang terakhir, sebagai pamitan, sebab tiga
bulan sesudah itu beliau wafat pada bulan Rabi'ul-awwal. Ayat tersebut
merupakan ayat terakhir dalam masalah hukum. Dimaksudkan dengan sempurna dan
cukup, ialah tidak ada ziadah (tambahan) ayat tentang halal dan haram yang
diturunkan sesudahnya dan tidak ada pengurangan (al-Qasimi, IV: 46).

Ar-Razi
dalam tafsirnya mengatakan, bahwa agama Islam tidak akan berubah selamanya,
dan tiada kenikmatan yang kekal selain kenikmatan Islam. Karena itulah,
Allah memerintahkan kepada manusia agar memeluk agama Islam, sebagaimana
dtegaskan dalam firman-Nya:

"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam dengan sempurna,
dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syetan. Sungguh, ia musuh yang
nyata bagimu". (Al-Baqarah: 208).

Sebab nuzul ayat tersebut, menurut Ibnu Jarir, berkenaan dengan permintaan
izin dari Abdullah bin Salam,dan kawan-kawannya yang berasal dari Yahudi
kepada Nabi shalallahu 'alaihi wasallam untuk memeringati hari Sabtu,
sebagaimana mereka memeringatinya ketika masih beragama Yahudi. Kemudian
turunlah ayat tersebut (as-Siyuthi, 33).

Sebab turun ayat ini menunjukkan, bahwa apabila seseorang telah masuk Islam,
wajib meninggalkan segala macam adat kebiasaan agama yang ditinggalkan,
apalagi yang bernafaskan syirk. Dalam konteks keindonesiaan, sebelum Islam
datang di Indonesia, sebagian besar bangsa Indonesia memeluk agama Hindu dan
Budha, yang mempunyai cara ibadah dan adat kebiasaan yang dijadikan sebagai
pegangan hidup. Seperti, memeringati kematian ke tujuh harinya, ke empat
puluh harinya dan sebagainya. Maka apabila sudah masuk Islam, wajib
meninggalkan cara ibadah dan adat kebiasaan tersebut, agar benar-benar
memeluk agama Islam dengan sempurna, tidak menambah dan tidak menguranginya.

Sabtu, 07 Maret 2009

"Che" Guevara (1928-1967)

Ché Guevara

COMMANDANTE ERNESTO "CHE" GUEVARA (1928-1967)

Argentine physician and revolutionary guerrilla, Cuban official, diplomat and national hero

"And if there's any hope for America, it lies in a revolution, and if there's any hope for a revolution in America, it lies in getting Elvis Presley to become Che Guevara." -Phil Ochs

Remembering His Death, Celebrating His Life

On October 9, 1967, 40 years ago today, Che Guevara was assassinated in Bolivia by his CIA-assisted and -directed captors.

He told the frightened soldier who was sent to execute him in the small room where Che lay, seriously wounded: “I know you are here to kill me. Shoot, coward, you are only going to kill a man." The Bolivian had been told not to shoot Che in the head, because they wanted to be sure to get identifiable photos of him dead. After he was killed, and photos taken, Che's hands were chopped off and sent to Cuba as further proof that the world-famous revolutionary was dead.

Che and his comrades were buried in secret graves, which were only
found in 1997 by an international team of forensic anthropologists. Their remains were returned to Cuba and buried in a mausoleum in Santa Clara, the city in central Cuba which Che liberated in the 1959 revolution.

Today in Bolivia, 40 years later, Che's life is being celebrated not just by the indigenous campesinos he worked with but by the Government and the country's President Evo Morales, the first indigenous President of Bolivia.

One of the CIA-paid Cuban exiles who were with the military group that hunted Che down was Felix Rodriquez, a Cuban counterrevolutionary who was later implicated in the Iran-Contra scandal, during which he helped the CIA train and infiltrate terrorists into Nicaragua. Rodriquez lives freely in Miami, pardoned by the first President Bush of his many terrorist crimes (including those in the US). He still has Che's wristwatch, which he proudly displays to reporters.

Later this month at a gallery in Texas, another of the counterrevolutionary Cuban CIA hirelings who were on the hunt for Che will be auctioning off a lock of his hair, a copy of Che's
fingerprints, a map and other trophies of that day Meanwhile, two years ago that frightened Bolivian sergeant who was sent
to shoot Che, now an old man, was going blind from cataracts. He can
now see again, thanks to the free surgery he received, from Cuban
doctors, part of the Venezuelan-Cuban program to provide free
ophthalmic care called "Operation Miracle."

--------------------------------*---------------------------------

Che's Life and Work:

Che Guevara was a Latin American revolutionary leader who rejected both capitalism and orthodox Soviet communism. Like T.E. Lawrence, Guevara lived an adventurous life. His tragic early death in Bolivia when he was 39 created a legend that still lives. He once said that "the true
revolutionary is guided by a great feeling of love," but he also wrote influential works on guerrilla warfare:

"The guerrilla band is an armed nucleus, the fighting vanguard of the people. It draws its great force from the mass of the people themselves. The guerrilla band is not to be considered inferior to the army against which it fights simply because it is inferior in fire power. Guerrilla warfare is used by the side which is supported by a majority but which possesses a much smaller number of arms for use in defense against oppression." (from "Guerrilla Warfare," 1960)

In the brief period of 8 years between the 1959 revolutionary victory in Cuba and his assassination in 1967, the scope of Che's accomplishments is truly astonishing. His legacy includes intellectual writings on radical politics and social theory, military/guerrilla warfare strategy and tactics, diplomatic memos, books, speeches, magazine articles,letters, poetry and diaries, as well as official documents preserved in government archives. Che's practical and theoretical work had a profound political impact around the globe during the second half of the 20th century, especially in the developing world, where revolutionary organizing and anti-colonial struggles were inspired by his thought and example. His writings have been translated into hundreds of languages; in English much is available from the Australian publishing house Ocean Press (see Sources).

Ernesto Guevara de la Serna was born on June 14, 1928 in Rosario, Argentina into a middle-class family of Spanish-Irish descent. Celia de la Serna y Llosa, his mother, had lost her parents while she was still a child. Celia was raised by her religious aunt and her older sister, Carmen de la Serna, who married in 1928 the Communist poet Cayetano Córdova Itúrburu. Guevara's family was liberal, anti-Nazi and anti-Peronist, and not very religious. With Celia's fortune (modest by today's standards of wealth), the family lived comfortably, although Ernesto Guevara Lynch, Ernesto's father, managed to spend much of it in his unlucky business ventures. In his youth Guevara read widely and among his reading list in the 1940s were Sartre, Pablo Neruda, Ciro Alegría, and Karl Marx's Das Kapital. He also kept a philosophical diary and in Africa during his 1965 Congo campaign, Guevara planned to write a biography of Marx.

In 1953 Guevara graduated from the University of Buenos Aires, where he was trained as a doctor. During these years Guevara read Stalin and Mussolini but did not join radical student organizations. He made long travels in Argentina and in other Latin America countries. At the same time his critical views about the expanding economic influence of the United States deepened. In 1952 he made a journey on his motor bike, an old Norton 500 single, around South America. The journey opened his eyes about the situation of the indigenous people and was crucial for the awakening of his social conscience. Like Jack Kerouac later in his book On the Road (1957), Guevara recorded his impressions in The Motorcycle Diaries. "The person who wrote these notes died the day he stepped back on Argentine soil," Guevara wrote in his diary. "Wandering around our 'America with a capital A' has changed me more than I thought."

After witnessing first hand American intervention during the 1954 CIA-instigated coup in Guatemala, Guevara was radicalized and became convinced that the only way to bring about change was by violent revolution. He wrote in a letter home: "Along the way, I had the opportunity to pass through the dominions of the United Fruit Cpmpany, convincing me once again of just how terrible these capitalist octopuses are. I have sworn before a picture of the old and mourned comrade Stalin that I won’t rest until I see these capitalist octopuses annihilated." In Guatemala Guevara met Hilda Gadea. They married in 1955 and had one child. Guevara was arrested with Fidel Castro in Mexico for a short time. He had joined Castro's revolutionaries to overthrow the US-supported Batista dictatorship in Cuba. In 1956 they loaded the 38-foot motor yacht Granma full of guerrillas and weapons and sailed to Cuba, landing near Cabo Cruz on December 2.The rebels made their base in the mountains of Sierra Maestra, attacking garrisons and recruiting peasants to the revolutionary army. In the areas controlled by the guerrillas, Guevara started land reform and socialist organizing and education. In spite of his chronic asthma, Guevara enjoyed the hard conditions and war. His nickname "Che" derived from Guevara's habit of punctuating his speech with the interjection "che," a common Argentine expression for "friend."

Land reform became the slogan, the "banner and primary spearhead of our movement," as Guevara described it in an interview, that eventually won the peasants over to participate in the armed struggle. Guevara was respected by his men, although considered violent -- he shot Eutimio Guerra who had cooperated with dictator Fulgencio Batista's army.

In the mountains Guevara met Aleida March in 1958, a 24-year-old revolutionary fighter, and she became Guevara's second wife in 1959. He continued to write his diary and also composed articles for El Cubano Libre. A selection of Gurvara's articles, which he wrote between 1959 and 1964, was published in 1963 [sic] as PASAJES DE LA GUERRA REVOLUCIONARIA. For the world media, Cuba was a hot subject - The New York Times, Paris Match and Latin American papers sent reporters to the mountains to write stories of the revolutionaries. At the same time Guevara was in the mountains, his uncle was serving as Argentina's Ambassador to Cuba.

Guevara rose to the rank of major and led one of the forces that invaded central Cuba in late 1958, liberating the city of Santa Clara. After the Revolutionary victory in January 1959 Guevara gained fame as a leading figure in Castro's government. He attracted much attention with his speeches against imperialism and US policy in the Third World. He argued strongly for centralized planning, and emphasized creation of the 'new socialist man.' In his famous article, 'Notes on Man and Socialism,' he argued that "to build communism, you must build new men as well as the new economic base." The basis of revolutionary struggle is "the happiness of people," the goal of socialism is the creation of more complete and more devoped human beings.

In a discussion on September 14, 1961 Guevara opposed the right of dissidents to make their views known even within the Communist Party itself. However, privately Guevara was critical of the Soviet bloc, but so was also Nikita Khruschev. When the executions of war criminals started Guevara acted as the highest prosecuting authority. The condemned were soldiers found guilty of murder, torture and other serious crimes. Because Guevara was a doctor, one of his friends once asked how he could work in such a position. Guevara's answer was like something from Western movies: "Look, in this thing you have to kill before they kill you." In 1959 Guevara formally adopted the nickname Che and was granted honorary Cuban citizenship. He was visited by such intellectuals as Simone de Beauvoir and Jean Paul Sartre, who saw in him
the "most complete human being of our age." The most famous picture of Guevara was taken by Alberto Diaz Gutiérrez, known professionally as Korda, at a memorial rally held for more than 100 Cubans killed when the French ship La Coubre exploded as it was being unloaded in Havana Harbor -- it is generally agreed as the result of counterrevolutionary sabotage against the ship, which carried munitions as part of its cargo. Korda declined to demand royalty payments when the picture became a worldwide icon. But when a British advertising agency appropriated the image for a vodka ad, Korda was incensed and went to court to stop this commercial use of his famous photo. "[Che] never drank himself," said the photographer, "and drink should not be associated with his immortal memory." From 1961 to 1965 Guevara was minister for industries, and director of the national bank, signing the bank notes simply 'Che.' He traveled widely, representing Cuba at the Organization of American States and speaking at the United Nations, as well as making extended trips to the USSR, India and Africa, meeting the leading figures of the world, among others Jawaharel Nehru and Nikita Khruschev. Guevara was also the architect of the close relations between Cuba and the Soviet Union.


Although good a relationship with Moscow became the cornerstone of Castro's foreign policy, Guevara followed with interest the development of the Maoist model in China. In 1965 Guevara made public his disappointments in Algieria and described the Kremlin as "an accomplice of imperialism." Guevara's departure from the Cuban government followed his return from Algiers. To test his revolutionary theories he resigned from his official government posts.

He had published the highly influential manuals "Guerrilla Warfare" (1960) and "Guerrilla Warfare: A Method" (1963), which were based on his own experiences and partly on chairman Mao Zedong's writings. President John F. Kennedy had "Guerrilla Warfare" rapidly translated for him by the CIA. Guevara stated that revolution in Latin America must come through insurgent forces developed in rural areas with peasant support. There is no need for the right preconditions for revolution, he wrote; guerrilla warfare can begin the activities. In his last article, "Vietnam and World Struggle," Guevara outlined his global perspective for revolutionary
struggle, and stressed the dual role of hate and love. "And he did have a saving element of humor. I possess a tape of his appearance on an early episode of 'Meet the Press' in December 1964, where he confronts a solemn panel of network pundits. When they address him about the 'conditions' that Cuba must meet in order to be permitted the sunshine of American approval, he smiles as he proposes that there need be no preconditions: 'After all, we do not demand that you abolish racial discrimination....' A person as professionally skeptical as I.F. Stone so far forgot himself as to write: 'He was the first man I ever met who I thought not just handsome but beautiful. With his curly reddish beard, he looked like a cross between a faun and a Sunday-school print of Jesus.... He spoke with that utter sobriety which sometimes masks immense apocalyptic visions." (Christopher Hitchens in New York Review of Books, July 17, 1997).

During his disappearance from public life Guevara spent some time in Africa organizing the Lumumba Battalion which took part in the Congo civil war. He was not happy with the way Laurent Kabila fought against Joseph Mobutu, although his first impression of Kabila was positive. "Africa has a long way to go before it reaches real revolutionary maturity," Guevara concluded in his diary.

In 1966 Guevara turned up incognito in Bolivia, where he trained and leda guerrilla force in the Santa Cruz region. In his manual "Guerrilla Warfare," Guevara had stressed that the guerrilla fighter needs full support of the people of the area as an indispensable condition, but Guevara failed to win the support of the peasants, and his group was surrounded near Vallegrande by American-trained Bolivian troops. "The decisive moment in a man's life is when he decides to confront death,"Guevara once said. "If he confronts it, he will be a hero whether he succeeds or not. He can be a good or a bad politician, but if he does not confront death he will never be more than a politician."

After Guevara was captured, Captain Gary Prado Salmón assigned a security detail around him to be sure that nothing happened. Guevara told him, "Don't worry, Captain, don't worry. This is the end. It's finished" (according to the documentary film 'Red Chapters,' 1999). Guevara was assassinated in a schoolhouse in La Higuera on October 9, 1967, by Warrant Officer Mario Terán of the Bolivian Rangers, under the command of Colonel Zenteno. Terán was half-drunk, celebrating his birthday. Guevara's last words were, according to some sources: "Shoot, coward, you are only going to kill a man."

Che was actually shot with the connivance of the CIA's the mercenaryCuban counterrevolutionaries who were deployed with the US-trained Bolivian military. One of these, Felix Rodriguez, later living in Miami, bragged for years afterward that he had taken Che's wristwatch and would eagerly display it to any reporter who seemed interested.

In order to make a positive fingerprint comparison with records in Argentina, Guevara's hands were amputated and put into a flask of formaldehyde. They were later returned to Cuba. Guevara's corpse was buried in a ditch at the end of the runway site of Vallegrande's new airport. "Che considered himself a soldier of this revolution, with absolutely no concern about surviving it," said Fidel Castro later in

"Che: A Memoir."

In the fall of 1997, a team of Cuban and international forensicarcheologists finally located the hidden unmarked graves of Che and his companer@s in Bolivia. Their remains were exhumed and returned to Cuba, where they are interred in a mausoleum and memorial museum in the
central city of Santa Clara, which Che liberated during the 1959 revolution. October 9, 2007 marks the 40th anniversary of Che's death. Guevara's life inspired the film Che! (1969), directed by Richard Fleischer and starring Omar Sharif (Guevara) and Jack Palance (Castro).


The fictionalized biography was criticized by James Baldwin in "The
Devil Finds Work" (1976): "The intention of Ché! was to make both the
man, and his Bolivian adventure, irrelevant and ridiculous; and to do
this, furthermore, with such a syrup of sympathy that any incipient of
Ché would think twice before leaving Mama, and the ever-ready friend at
the bank."

FURTHER READING: Cuba: An American Tragedy by Maurice Zeitlin
(1964); Che: The Making of a Legend by Martin Ebon (1969); Che Guevara
by A. Sinclair (1970); The Marxism of Che Guevara: Philosophy,
Economics and Revolutionary Warfare by Michael Lowy (1973); The Latin
American Revolution by Donald C. Hodges (1974); The Legacy of Che
Guevara, ed. by Donald C. Hodges (1977); Shadow Warrior: The CIA’s Hero
of a Hundred Unknown Battles by Felix Rodriguez with John Weisman
(1989); Che Guevara, A Revolutionary Life by Jon Lee Anderson (1997);
Companero: The Life and Death of Che Guevara by Jorge G. Castaneda
(1997); Guevara, Also Known as Che by Paco Ignacio Taibo (1997); Che in
Africa: Che Guevara's Congo Diary by William Gálvez (1999); Che
Guevara, Paulo Freire, and the Pedagogy of Revolution by Peter McLaren
(2000) - See also: José Martí

Selected works:

* LA GUERRA DE GUERRILLAS, 1960 - Guerrilla Warfare

* PASAJES DE LA GUERRA REVOLUCIONARIA, 1963 - Reminiscences of the
Cuban Revolutionary War - Vallankumoussota Kuubassa

* Guerrilla Warfare: A Method, 1963

* EL SOCIALISMO Y EL HOMBRE - CUBA, 1965 - Socialism and Man

* Che Guevara Speaks, 1967 (ed. by George Lanvan)

* DIARIA DE CHE EN BOLIVIA, 1968 - Diary of Che Guevara (ed. by
Robert Scheer) / Bolivian Diary of Ernesto "Che" Guevara

* OBRAS COMPLETAS, 1968 (Complete Works)

* Venceremos! The Speeches and Writings of Che Guevara, 1968 (ed.
by John Gerassi)

* Che Guevara on Revolution, 1969 (ed. by Jay Mallin)

* Che Guerava, 1969 (selected works)

* Che: Selected works of Ernesto Guevara, 1970 (ed. by Rolando
Bonachea and Nelson P. Valdes)

* OBRAS (Works) 1957-1967, 1970 (2 vols.)

* ESCRITOS Y DISCURSOS, 1977 (9 vols.) (Writings and Speeches)

* Che Guevara and the Cuban Revolution: Writings and Speeches of
Ernesto Che Guevara, 1987

* The Motorcycle Diaries: A Journey Around South America by Ernesto
Che Guevara, 1995 (trans. by Ann Wright) - Moottoripyöräpäiväkirja
(trans. into Finnish by Aleksi Siltala, from Notas de viaje. Mi primer
gran viaje: de la Argentina e Venezuela en motocicleta) - film 2004,
dir. by Walter Salles, starring Gael Garcia Bernal, Rodrogo de la Serna

* Episodes of the Cuban Revolutionary War, 1956-58, 1996 (ed. by
Mary-Alice Waters)

* Che Guevara Reader: Writings by Ernesto Che Guevara on Guerrilla
Strategy, Politics & Revolution, 1997

* Che Guevara Speaks: Selected Speeches and Writings, 2000

* Che Guevara Talks to Young People, 2000 (ed. by Mary-Alice Waters)

* The Complete Bolivian Diaries of Che Guevara, and Other Captured
Documents, 2000 (ed. by Danile James)

* The African Dream: The Diaries of the Revolutionary War in the
Congo, 2001 (trans. by Patrick Camiller)

* Back on the Road: A Journey to Latin America, 2002 (trans. by
Patrick Camiller) - Tien päällä taas (trans. into Finnish by Anu
Partanen, from Otra vez)

* Che Guevara on Global Justice, 2002

SELECTED SOURCES IN ENGLISH:

News, biographical and historical notes:

Kirjasto website, Finland
http://www.kirjasto.sci.fi/guevar.htm

NY Transfer News
http://www.blythe.org
http://blythe-systems.com/pipermail/nytr/

Prensa Latina (Latin American international news service
in Cuba, which Che helped establish)
http://www.prensa-latina.org
http://www.plenglish.com

Granma International
http://www.granma.cu/ingles/

Radio Havana Cuba
http://www.radiohc.org
http://www.radiohc.cu

MacroHistory: Revolution and Che Guevara, 1960-1967
http://www.fsmitha.com/h2/ch24x.html

Wikipedia entry for Santa Clara, Cuba
http://en.wikipedia.org/wiki/Santa_Clara,_Cuba

Wikipedia entry for Che Guevara is generally full of venomous
anti-communist propaganda and hatred of Che, but there are some
decent photos and a fairly good bibliography and list of Che's writings
at the end. Also some links. Treat the text skeptically, however.
http://en.wikipedia.org/wiki/Che_Guevara

Che's writings, and archival photographs of Che
available from Ocean Press
http://www.oceanbooks.com.au/

Che Lives (offers a biography, speeches, and papers about Che)
http://www.Che-lives.com

Quotes:

BrainyQuote.com
http://www.brainyquote.com/quotes/authors/p/phil_ochs.html

Thinkexist.com
http://thinkexist.com/quotes/top/nationality/argentinian/

Great quotes at Geocities
http://www.geocities.com/raqta24/gqtes.htm

***

Agencia Cubana de Noticias (ACN)
http://ainch.ain.cu/mailman/listinfo/ingles

Ernesto "Che" Guevara: A Chronology

-June 14th, 1928: Born in Rosario, Argentina. Son of Ernesto Guevara
Lynch and Celia de la Serna.

-May 2nd, 1930: Before the age of 2, Che suffers his first asthma
attack.

-1933: The Guevara family moves to Alta Gracias in the province
of Cordoba due to their son's asthma. In 1942, he begins his studies in
the Dean Funes National School in Cordoba some 45 kilometres from Alta
Gracia.

-In 1946, the family moves to Buenos Aires in an apartment belonging to
his paternal grandmother, Ana Isabel. When she falls sick, Ernesto
Guevara cares for her for 17 days and after her death, Che announces he
would study medicine.

-1947: Enrols in medicine at the University of Buenos Aires.

-October 1950: First trip throughout Latin America.

-December 29th, 1951: on a motorcycle with his friend Alberto Granado
to tour South America.

-August 1952: Returns to Buenos Aires. He graduates as a doctor.

-July 7th, 1953: another trip throughout South and Central America
accompanied by Carlos "Calica" Ferrer.

-January 3rd, 1954: Meets Cuban Ñico Lopez in Guatemala, whom
nicknamed Ernesto, Che.

-September 1954: The democratic government of Jacobo Arbenz in
Guatemala falls and Guevara travels to Mexico.

-July 1955: He meets Fidel Castro and decides to join the struggle
against the Batista dictatorship.

-August 18th, 1955: He marries Hilda Gadea Acosta, a Peruvian
economist in Tepotzotlan, Mexico

-February 15th, 1956, Hildita is born. Her godfather is Raul Castro-

-June 1956: A betrayal informs the Mexican police of the preparations
of the Cubans and some 30 of them were detained. He spends time in
jail.

-November 25th, 1956: Travels on board the Granma yacht with another 81
men headed by Fidel Castro.

-December 2nd, 1956: Landed in Cuba and began the rebel struggle.

-July 21st, 1957: He becomes a Commander of the Rebel Army.

-February 24th, 1958: The first broadcast was launched on Radio
Rebelde, created by Che.

-December 28th, 1958: The Ciro Redondo Column 8, under the leadership
of Che arrived in the city of Santa Clara from the Sierra Maestra
Mountains.

-December 29-31, 1958: Che leads the Battle of Santa Clara which was
a hardest blow against Batista.

-January 3rd, 1959: Che enters Havana and sets up headquarters in La
Cabaña.

-February 9th, 1959: Che is declared a Cuban citizen.

-June 9th, 1959: He marries Aleida March, member of the July 26th
Movement in Santa Clara.

-November 26th, 1959: Is named President of the Cuban National Bank.

-November 24th, 1960: Aleida Guevara is born.

-February 23rd, 1961: Che is named Industry Minister.

-March 20th, 1962: His son Camilo is born.

-August 4th: Che heads a Cuban delegation to the Conference of the
Americas in Punta del Este, Uruguay.

-October-November of 1962: He heads the military command in Pinar del
Rio during the October Missile Crisis.

-June 14th, 1963: His daughter Celia is born.

-November 5th to the 19th: Visits the Soviet Union and
participates in the 47th anniversary of the October Revolution.

-December 11th, 1964: He speaks at the UN General Assembly.

-January of 1965: Travels to China, Mali, Congo, Guinea, Ghana, Benin,
Tanzania, Egypt and Algeria.

-March 15th, 1965: Last public
appearance: Talks about his trips abroad to members of the Industry
Ministry.

-April 1st, 1965: He writes a farewell letter to his parents, sons and
daughters and Fidel. Travels to the Congo in July and returns some
time later.

-October 3rd, 1965: Fidel makes public Che?s farewell letter.

-November 3rd, 1966: Arrives in La Paz and on the 7th in Ñacahuazú.
Begins to write his diary.

-March 5th, 1967: First combat with the Bolivian army in Lagunillas.

-March 25th, 1967: Creates the Bolivian National Liberation Army.

-March 27th, 1967: makes public Communiqué No. 1 of the organization
in Camiri.

-October 8th, 1967: He becomes a prisoner in El Yuro.

-October 9th, 1967: He is assassinated by Sergeant Mario Terán at
1.30pm in a school in the town of La Higuera.

-October 18th, 1967: Fidel announces his death in Havana's Revolution
Square.

-June 12th, 1997: Che's remains and rest of his comrades in arms are
identified in Valle Grande.

-October 17th, 1997: Official ceremony when the remains of Che
Guevara and his comrades in arms were laid to rest in the Memorial that
bears his name in the central city of Santa Clara.

***

Some Che Guevara quotes:

“I don't care if I fall as long as someone else
picks up my gun and keeps on shooting.”

"If you tremble with indignation at every injustice
then you are a comrade of mine."

"The revolution is not an apple that falls when
it is ripe; you have to make it fall."

“In fact, if Christ himself stood in my way, I, like
Nietzsche, would not hesitate to squish him like a worm.”

"Words that do not match deeds are unimportant."

"Cruel leaders are replaced only to have new leaders turn cruel!"

"The first duty of a revolutionary is to be educated."

“Better to die standing, than to live on your knees.”

“I don't know if the Cuban revolution will survive or not. It's
difficult to say. But [if it doesn't] ... don't come looking for me
among the refugees in the embassies. I've had that experience, and I'm
not ever going to repeat it. I will go out with a machine gun in my
hand, to the barricades... I'll keep fighting to the end.”

“Let me say, at the risk of seeming ridiculous, that the true
revolutionary is guided by great feelings of love.”

“It's a sad thing not to have friends, but it is even sadder not to
have enemies.”

“Whenever death may surprise us, let it be welcome if our battle cry
has reached even one receptive ear and another hand reaches out to take
up our arms.”

“I don't care if I fall as long as someone else picks up my gun and
keeps on shooting."

“Many will call me an adventurer - and that I am, only one of a
different sort: one of those who risks his skin to prove his
platitudes.”

“Silence is argument carried out by other means.”

“In a revolution, one triumphs or dies.” -farewell letter to Fidel
Castro, April 1, 1965)

"We must carry the war into every corner the enemy happens to carry it,
to his home, to his centers of entertainment: a total war. It is
necessary to prevent him from having a moment of peace, a quiet moment
outside his barracks or even inside; we must attack him wherever he may
be, make him feel like a cornered beast wherever he may move. Then his
moral fiber shall begin to decline, but we shall notice how the signs
of decadence begin to disappear.” -Message to the Tricontinental, 1967

“Hatred as an element of the struggle; a relentless hatred of the
enemy, impelling us over and beyond the natural limitations that man is
heir to and transforming him into an effective, violent, selective and
cold killing machine. Our soldiers must be thus; a people without
hatred cannot vanquish a brutal enemy.” -Message to the Tricontinental,
1967